STARK™
Welcome To Stars Cheaters

Join the forum, it's quick and easy

STARK™
Welcome To Stars Cheaters
STARK™
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

13 tahun Part III

Go down

13 tahun Part III Empty 13 tahun Part III

Post by |VJ|NaZtHeW November 15th 2010, 9:39 am

Hening sejenak.
"Mas, kalau Mas maunya diapainn," katanya sambil memegang penisku.
"Terserah Titin aja," kataku.
"Titin kocokin seperti semalem yaach."
Laludia jongkok, mengocok-ngocok penisku yang tegang. Aku mendesahkeenakan. "Aaahh.. Ooohh.. sshh.." Penisku makin tegang saja rasanya.

Tiba-tibapenisku terasa geli, basah dan hangat? kutengok ke bawah. TernyataTitin sedang menjilat-jilat kepala penisku. Aku tidak tahu belajardarimana dia, yang penting yang kurasakan saat itu nikmat sekali. Mimpidipegang tititku oleh perempuan saja aku tak pernah. Apalagi sekarangdijilat. "Aduuhh Tiinn.. aku kamu apaiinn.. aahh.."

Saat sedangenak-enaknya mengerang, tiba-tiba kok hangatnya tidak di kepalanyasaja. Kulihat ke bawah, "Astaga..!" Penisku diemut. Belum berfikir yanglain, tiba-tiba ada rasa aneh di penisku, ternyata selain diemut, Titinpun menghisapnya. Tak tahan akan gelinya, aku semakin mengerang."Tiinn.. aku kamu apaiinn.. Tiinn.. kamu kok tegaa.." Tak berapa lamaaku kepengin pipis. "Tiinn.. udaahh.. Mass mau pipiss.." Karena tidaktahan dan Titin tidak melepaskannya, akhirnya, "Croott.. croott..croott.." Empat atau lima kali penisku menembakkan cairannya di mulutTitin. Titin kaget sekali. Sebagian ada yang tertelan dan sebagian lagimeleleh keluar dari bibirnya.
"Mas Pri jahat.. pipis kok di mulutTitin.." katanya sambil berdiri dan mengelap mulutnya dengan kainjarik. Lalu dia minum air putih.
"Titin juga siihh.. Mas bilang udah.. udah, tapi Titin nggak mau lepasin," balasku.
"Udah sini tiduran. Mas kelonin," sambungku.

Sambil kukelonin, kucium pipinya.
"Titin kok mau ngisep singkongnya Mas? Apa nggak jijik. Khan jorok," pancingku.
"Lho, kata Mas kalau sayang kan nggak jijik."
"Tadi pipis Mas gimana rasanya? Enaakk?"
"Enak Mas. Kayak santen tapi agak asin."
"Titin belajar dari mana?"
"WaktuTitin ngintip, Titin liat Mbak Nunung ngisep tititnya Oom. Kayaknya Oomitu keenakan. Terus Titin mau Mas juga keenakan. Ya Titin ikut-ikutanMbak Nunung."
"Mas, Titin malu mau ngomong sama Mas."
"Ngomong aja. Sama Mas kok malu."
"Titinjuga punya bacaan. Titin dapet sewaktu beli koran bekas untuk bungkus.Ada dua Mas. Yang satu Eni Arrow, yang satu Nick Carter."
"Sewaktu Titin baca, badan Titin merinding semua. Terus susu sama tempek Titin jadi gatel."
Ooohh pantes dia cepet belajar. Dari situ toh sumbernya. Ditambah live show.

Selamakelonan, dadanya menghimpit dadaku. Terasa hangat dan kenyal. Lama-lamapenisku keras lagi. Kucium pipi dan bibirnya lagi. Dia pun menyambutnyadengan mesra. Kami berciuman, bergulingan. Tanganku pun mulaibergerilya lagi. Ke susunya, punggungnya, lehernya, selangkangannya.Akhirnya tangan kananku berhenti di daging lunak di selangkangannya.Aku mulai mengusap-usap klitorisnya. Dia makin mendesah-desah nggakkaruan. "Aaahh.. Maass.. Titin sayang sama Mas Pri.. shh.. aahh.. enakMass.. teruuss Mass.." Sementara tangannya mulai meremas-remas punyaku.Penisku sudah pada puncaknya sekarang.

Tiba-tiba Titin melepaskan pelukannya.
"Mass.. Titin mau seperti Mbak Nunung.. Mas mau khaann.." katanya sambil menatap mataku.
Ada permintaan tulus di sana, ada gelora di sana, ada sesuatu yang aneh di sana.
"Tapi Mas takuutt.. Nanti gimana? Kita khan belum pernah.."
"Tapi Titin mau Mass.." katanya lagi.
Lalu penisku diusap-usapkan ke mulut vaginanya yang sudah basah.
"Aaahh.. sshh.." dia mendesah.

Mendengardesahannya, aku mulai bertindak. Kukangkangkan pahanya, terlihatlahvaginanya yang tembem dengan rambut halus dan jarang, bagian dalamnyayang merah muda dan ada tonjolan daging sebesar kacang kedele.Vaginanya ternyata sudah basah sekali. Merah berkilat-kilat. Kusentuhkacang kedele itu.
"Aacchh.. Mass.. sshh.."
Oh, jadi ini toh yang bikin dia menggelinjang itu. Kusentuh lagi.
"Aacchh.. Mass.. sshh.. diapain siicchh Mas.. nakal amat siihh.." desahnya.
Kudekatkan wajahku supaya bisa melihat lebih jelas. Bentuknya lucu sekali. Aku coba menjilatnya.
"Aaacchh.. Mass.."
"Ayoo.. doonngg.. Mass.. cepetann.." katanya tak sabar.

Kuarahkan kepala penisku ke mulut vaginanya, kutekan sedikit.
"Aaahh.." ada rasa hangat di kepala penisku. Kutekan sedikit. Kok mentok? Kutekan lagi. Mentok lagi.
"Tin, lubangnya yang mana?" tanyaku.
"Agak ke bawah sedikit Mass, di bawah yang Mas pegang tadi."
Kuperhatikandengan seksama. Oh, itu toh lubangnya. Kok kecil sekali? Apa punyakubisa masuk?Kuarahkan penisku ke sana, kutekan. Kok melesat. Coba lagi.Meleset lagi.
"Tiinn.. bantuin doonngg.."
Titin memegang penisku lalu mengarahkannya.
"Teken Mas.. ya.. ya.. di situ teken Mas."
Kutekanpelan-pelan. Kok meleset? Tekan lagi meleset lagi. Gimana sich caranya?Kupegang erat-erat penisku lalu tekan agak keras. Dan..

"Aaa.. Maass sakiitt. Pelan-pelan doong Maass.."
Terasa kepala penisku terjepit sesuatu yang hangat.
"Tahan Mas.. tahan.."
Dia meringis sepertinya menahan sesuatu.
"Ayo teken lagi Mass.. pelan-pelan Mass.. aahh.."
Kutekanperlahan-lahan dengan kekuatan penuh. "Aaahh.." Kepala penisku terasangilu. Hangat. Kulihat sudah separuhnya tertancap, Titin meringis,kutahan sebentar.

Setelah Titin terlihat tenang, dengan tiba-tiba kutekan penisku sekuat tenaga, "Bless.. bret.."
"Aaawww.. sakiitt Mass.. tahan Mass.. diem dulu Mass.." Titin berteriak.
Lalukutahan. Ujung penisku seperti menyentuh sesuatu yang hangat. Aduh,rasanya seluruh penisku seperti terjepit oleh sesuatu yang hangat danberkedut-kedut. Rasanya linu, sakit, enak, semuanya jadi satu.

"Tiinn.. tahan sedikit ya.." kataku.
Laluaku menarik pantatku dan menekannya secara perlahan-lahan. Berulangkali. Kulihat Titin meringis-ringis. Begitu juga aku ikut meringis.Tapi kami sama-sama tidak mau berhenti.Setelah mungkin ada sekitar 15kali naik turun, vagina Titin mulai agak licin. Dan Titin pun mulaitidak meringis lagi.
"Ayoo.. Mass.. ayoo Mas.. enak.. aaduuhh enaakk Mass.. aacchh.. sshh.."
Aku pun merasa sudah tak begitu linu lagi.
"Ayoo Mass.. yang cepet Mass.. yang dalem Mass.. Sshh.. aacch.."

Mendengardesahan itu aku makin cepat memompa penisku naik turun. Makin cepat,secepat aku bisa. Titin kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan.Tangannya memegang sisi dipan. Susunya bergoyang-goyang. Badannya basaholeh keringat begitu juga rambutnya. Pantatnya yang tadi diam, sekarangmulai bergoyang. Naik, turun, kiri dan kanan. Tak lama aku merasapenisku semakin linu dan geli yang tak tertahan, dan terasa ada sesuatuyang mau keluar. Tapi aku merasakan tak ingin berhenti memompa.

Tiba-tibaTitin merangkulku dengan keras, menggigit pundakku. "Aaahh.. Aaauuw..Aku pipiiss.. Mass.." Aku yang juga merasa mau pipis, kutekan sekuattenaga penisku sampai mentok dan kutahan. "Samaa.. Mass juga pipiss..aacchh.." dan, "Croott.. croott.. croott.." Empat kali peniskumenyembur ke vagina Titin. Aku tergolek lemas di atas tubuh Titin.Tubuh kami sama-sama banjir oleh keringat. Kami diam beberapa saat.Penisku sudah lemas tapi masih tertancap di vaginanya.

Setelah mengatur nafas masing-masing, Titin berbisik, "Terima kasih banyak Mas.. bukan main.. Mass.. enak banget ya Maass.."
"Eee.. Tiinn.. jangan gerak dulu. Masih linuu.." desahku.
Karena tak tahan kucabut punyaku, dan aku tergolek di sebelahnya.
"Pantesan aja Mbak Nunung sering beginian. Nggak taunya enak banget." desahku setelah bisa mengendalikan diri.

Tiba-tibakami sadar bahwa ada tugas yang harus kukerjakan. Aku langsung bangun.Dan kulihat ada bercak-bercak kemerahan di dipan Titin dekatselangkangannya.
"Tiinn.. punya kamu berdarah ya.. masih sakit..?"
"Sedikit Mas.. Linunya ini yang belum hilang."
"Udaahh bangun aja. Nanti siapa tahu ilang sendiri." kataku.

Lalukubantu dia bangun, mengelap dipan dengan kain basah sambil melirik jambeker. Ya ampun 2 jam lebih aku bergelut dengan Titin. Setelah diaberpakaian, kubantu dia merendam cucian sementara dia mencuci beras.Dia mencuci baju, aku memotong-motong ubi dan singkong. Karena sudahhampir terlambat, kami mandi bareng berdua. Di dalam kamar mandi itukami saling ciuman lagi, saling meremas lagi.

Sesampainya di warung, ibuku bertanya, "Titin Kenapa, kok jalannya agak pincang?"
"Terpeleset waktu nyuci baju Bu.." aku yang yang menyahut.
Memang Titin jalannya agak sedikit pincang. Siang itu kami sekolah bergandengan tangan seakan tak mau dipisahkan.

Malam harinya saat belajar, Titin datang lagi. Kali ini sebelum belajar kami bercumbu dulu.
"Tiinn.. maafin Mas ya.. Mas khilaf.. Mas sudah mengambil keperawanan Titin."
"Nggak Mass, Titin dong yang seharusnya minta maaf. Khan Titin yang minta. Mas nyesel ya.. perjaka Mas udah ilang?"
"Lho, yang seharusnya nyesel itu khan yang perempuan bukan laki-laki."
"Tapi Titin nggak nyesel sama sekali, malah bangga bisa ngasih sama Mas."
"SekarangTitin nggak mau pisah sama Mass.. Titin mau sama Mas terus.. Dan Titinjanji nggak mau sama yang lain selain Mas." sambungnya lagi.
Kok air matanya netes? kucium dia dengan lembut.
"Terima kasih Tin.. Mas juga janji. Mas juga nggak mau dengan orang lain selama ada Titin."
Dia memelukku lama sekali. Seakan tidak mau dipisahkan.

Akusekarang sudah terbiasa kalau sedang mencium, tanganku mengelus-eluspunggungnya, lalu meremas-remas dadanya. Eh, dia nggak pake kaos lagi."Aaahh.. Mass.." dia mendesis. Tanganku mulai turun ke arah bongkahanpantatnya, kuremas-remas. Desahannya semakin keras saja. Tangganya punmulai masuk ke dalam sarung. Mulai memegang sesuatu yang mulaimengeras. "Mass.. Titin mau lagi doonng.." Busyet, ini anak sepertinyamaniak banget.

Beberapa saat kemudian kulepaskan daster dancelana dalamnya. Dia pun menurunkan sarung dan celana dalamku, lalukaosku. Bugillah kami berdua. Kukecup lehernya sambil kuremas-remasdadanya. Kupuntir putingnya, dia mendesah. "Ssstt.. jangan berisikdong.. nanti Ibu bangun.." dia pun mengecilkan suaranya. Hanya mulutnyayang meringis-ringis saja. Tangannya tidak tinggal diam. Mulaimenggenggam penisku dan mengocok dengan perlahan. "Mass.. kuhisapyaa.." katanya.

Lalu dia berbalik arah. Mulutnya yang mungilmulai menjilati kepala penisku. Seperti ada tegangan tinggi yangmengalir di tubuhku. "Aaahh.. Tiinn.." desahku perlahan saat dia mulaimengulum kepala penisku. Sementara itu vaginanya ada di depanku. Posisi69 kata orang. Kucium aromanya. Aaahh segarnya. Mulailah lidahkumenjelajah ke lubang yang merah membasah. Kucari kacang kedelenyadengan lidahku. Setiap kujilat kedelenya, hisapan di penisku terhenti.Cairan vaginanya makin lama makin banyak.

Tiba-tiba dia berbalik dan terlentang, sambil menarik penisku ke vaginanya.
"Auwww.. pelan-pelan dong Tiinn.. Sakit khan.." kataku karena penisku ditarik.
"Cepetan doongg.. Mass."

Kemudian kupegang penisku, kuarahkan ke vaginanya, kugesek-gesekkan di pintunya.
"Aaahh.. Mass.. jangan nakal doong.. cepetan.."
Kutekan perlahan-lahan. Masuk kepalanya, masih agak linu rasanya.
"Aahh.. sshh.." dia mengerang keenakan.
"Pelan-pelan Mass.."
Kutekanperlahan sekali. Takut dia kesakitan seperti tadi siang. Dia meringis.Kutahan, tarik sedikit, tekan lagi pelan-pelan, tarik lagi sedikit,tekan pelan-pelan. Mili demi mili penisku mulai ditelan oleh vaginanyayang amat sempit.

Setelah semuanya masuk, kudiamkan sebentar sambil menikmati sensasi yang ada. Sekarang seluruh penisku seperti dipijat-pijat.
"Tiinn.. Mas sayaang banget sama Titin.." kubisikkan di telinganya.
"Iii..iiyyaa.. Maass.. aahh.. Mass.." katanya sambil mecium bibirku.
Kami lalu berciuman. Saling mengadu lidah.

Lalukunaik-turunkan pantatku pelahan. Kuresapi setiap garakanku. Tiba-tibaTitin memelukku. Dia berguling sehingga posisinya ada di atasku.
"Maass.. Titin mau di atas.."
"Iiiyaa tapi pelan-pelan Tiinn.. nanti Ibu banguunn.."
Rupanyadia ingin tahu gimana rasanya di atas. Dia jongkok sambil melihat keselangkangannya, lalu naik turun pelahan-lahan. Wajahnya merah padam.

Lama-lama dia semakin cepat naik turunnya. Dadanya berguncang-guncang.
"Aaacchh.. oohh.. Maass.. Ooohh.."
"Ayoo.. Tiinn dicepetiinn.. ayoo.. sshh.."
Kuremas-remas kedua susunya. Keringatnya sudah di sekujur tubuhnya.

Kira-kira 10 menit kemudian dia menjepitkan kedua pahanya. Tangannya menjambak rambutku. "Maass.. Tiitiinn.. piipiiss.."
Terasaada cairan hangat menyembur di kepala penisku. Bersamaan dengan itu akumerasa ada yang mau keluar dari penisku. Kubalikkan dia, lalu kugenjotsekuatku.
"Maass.. udaahh.. gelii.. aduuhh.."
Aku tidak peduli. Kugenjot terus. Sampai akhirnya, "Tiinn.. Maass juugaa.. pipiiss.."
Dan, "Croott.. crroott.." Kusemprotan maniku 3 kali berturut-turut ke vaginanya. "Aaahh.."

Kucabut penisku dan aku tergolek lemas di sebelahnya. Bukan main, setelah sensasi dahsyat tadi mereda, kucium dia.
"Terima kasiihh.. yaa Tiinn.."
"Aaahh.. Mass.."
Kamitidur berpelukan berdua sampai kami terbangun karena badan kami dinginkarena tidak memakai selimut. Lalu kami berpakaian, mencium pipiku,kuantar sampai pintu rumahnya.
Ah.. perjakaku hilang diumur 13 tahun.

Sejaksaat itu Titin kalau datang belajar pasti tidak memakai kaos dalam atauBH. Karena Titin sejak kelas 2 SMP sudah memakai BH. Malu sama temankatanya. Bahkan kalau sudah kepingin dia datang tanpa mengenakan celanadalam. Kami melakukannya siang dan malam. Kadang di rumahku atau dirumahnya. Paling sering di rumahnya. Berbagai posisi sudah kamilakukan. Berdiri, sambil duduk (dia kupangku menghadapku), dia di atas,model anjing. Kecuali kalau saat dia mens, atau saat bapaknya di rumah.Itupun dia masih rela mengemut punyaku.

Ketika terdengar kabarbahwa Tapol G30S PKI dibebaskan, aku menemani ibuku mencari bapakku kekota Bandung. Tidak ketemu. Di Jogya, di rumah keluarganya juga tidakditemukan. Apa bapakku sudah tiada? Padahal pada daftar orang-orangyang dibebaskan tercantum nama bapakku, dibebaskan di Bandung.

Padasuatu sore, saat itu ibuku sedang shalat maghrib, ada seseorang denganpakaian lusuh dan tampang sedih mampir ke warungku meminum kopi danmakan pisang goreng. Kuperhatikan dia sering melamun dan pandangannyakosong. Kuperhatikan lebih seksama lagi. Sepertinya aku pernahmengenalnya. Tapi dimana?

Tiba-tiba aku dikagetkan oleh teriakan ibuku.
"Maass.." teriak ibuku.
Rupanyaibuku sudah lama memperhatikan pria itu selagi minum kopi. Orang itupunkaget. Setelah saling pandang beberapa saat, mereka saling berpelukanerat. Ibuku menangis meraung-raung. Aku bingung harus berbuat apa. Akudiam saja.

"Mass itu anakmu yang kukandung dulu saat Mas pergi.Sini Pri kasih salam sama Bapakmu," kata ibuku. Kucium tangannya lalukami bertangisan bertiga. Tangisan bahagia. Aku bahagia sekali. Akusekarang ditemani bapakku. Orang yang dulu sangat kudambakan. Tapiakibatnya hubungan dengan Titin jadi tidak sebebas dulu lagi. Kamiharus curi-curi waktu untuk bersama-sama pada saat bapakku mencarikerja sebagai tukang kayu atau saat bapak dan ibuku jaga warungberdua.Akhirnya bapakku memutuskan untuk membesarkan warung saja.

Keadaanitu berakhir ketika pemilik kontrakan datang dan memberitahukan bahwakontrakan akan dijual 3 bulan lagi. Orang tuaku pindah kontrakan takjauh dari tempat semula, sedangkan Titinku pindah ke Ciamis.

Sebelumperpisahan, Titin memberiku servise yang tak terlupakan. Kami bergumuldi kebun selama kurang lebih tiga jam. Kenangan yang takkan terlupakan.
Selamat jalan Titinku..
|VJ|NaZtHeW
|VJ|NaZtHeW
Corporal Grade IV
Corporal Grade IV

Gender : Male Sagittarius Jumlah posting : 40
Reputasi : 176
Cendol : 14
Birthday : 17.12.94
Join date : 20.10.10
Age : 29
Lokasi : Yogyakarta

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik