13 tahun Part II
13 tahun Part II
Tiba-tiba dia melepaskan pelukannya dengan wajah yang merah padam danberkata, "Maass.. Titin sayaangg banget sama Mas. Mas sayang nggak samaTitin?" tanyanya.
"Lho.. tadi kan Mas udah bilang kalau Mas juga sayang sama Titin," sahutku.
"Mass..tadi waktu Mas pegang susuku, rasanya enaak sekali.. habis sewaktucerita-cerita tadi susu sama tempek Titin jadi gatel lagi," sahutnya.
"Singkong Mas sekarang keras nggak?" sambungnya.
Tiba-tibatangannya memegang penisku dari luar. Memang saat itu aku hanya memakaicelana dalam sama sarung saja. Aku kaget setengah mati. Langsungkutepis tangannya.
"Huuss jangan.. nggak sopan.." kataku.
"Udah sekarang kamu tidur giihh udah malem. Besok kamu khan harus ke pasar. Nanti telat.." kataku lagi.
Akhirnya Titin pulang. Tapi sebelum pulang Titin mencium pipi kananku.
"Titin sayang Mas," katanya singkat.
SepulangnyaTitin, segala macam perasaan berkecamuk di dadaku. Ada perasaan apaantara aku dan Titin? Apa ini yang dinamakan cinta? Kalau cinta,berarti kita akan pacaran seperti cerita teman-temanku di sekolah?Tanpa kusadari akhirnya aku tertidur dan dibangunkan ibuku keesokanharinya.
Keesokan harinya, sepulang dari pasar, aku bingungkemana si Titin ya? Biasanya setiap aku pulang dari pasar, dia sedangmencuci baju di sumur. Aku masuk ke rumahnya dari pintu belakang,melewati dapur terus ke kamarnya. Ternyata dia sedang tidur, masihmemakai daster yang semalam. Mungkin masih ngantuk karena tidurnyaterlambat tadi malam pikirku. Ketika aku akan meninggalkan kamarnya,dia menggeliat. Kaki kanannya menekuk ke samping sedang kaki kirinyalurus. Maka terpampanglah kemaluannya yang masih terbungkus celanadalam nilon tipis warna cream.
Aku deg-degan melihat hal itu,kudekati dia. Wajahnya tampak damai sekali. Dadanya yang sedikitmembusung itu turun naik dengan teratur. Sepertinya dia pulas sekali.Makin ke bawah kulihat pahanya yang putih mulus, makin deg-degan aku.Kuperhatikan dengan seksama vaginanya yang sedikit menggembung diselangkangannya. Ada garis samar-samar melintang dari atas ke bawah.Bulu-bulu halus tipis membayang. Kuelus perlahan-lahan. Terasa ada alurmelintang. Kugesek-gesek perlahan takut dia bangun. Aku dekatkanwajahku ke sana. Ada aroma yang khas sekali, kucium perlahan. Baunyatak bisa aku definisikan tapi yang pasti segar sekali.
Kutempelkanhidungku, kutarik nafas dalam-dalam. "Aaahh.. segar sekali.."Berkali-kali kulakukan itu sampai kudengar dia mendesah. "Aaahh.."Kukaget langsung mundur. Tapi dianya kok nggak bangun ya.. Aku jadisedikit mengerti mengapa lelaki yang tidur sama Mbak Nunung sukamenjilati kelaminnya Mbak Nunung. Menjilat? Apa nggak jijik ya. Takterasa penisku mengeras. Aku betulkan posisi penisku karena miringkanan.
Setelah beberapa saat, aku beralih ke dadanya.Kuperhatikan ada tonjolan samar di puncak bukitnya. Kupegang susunyaperlahan-lahan, kubelai-belai, kucium dari luar dasternya. "Aaahh.."baunya pun segar. Kuulangi bergantian kiri dan kanan. Lama-lama koktonjolannya semakin keras? Kenapa? Tiba-tiba dia menggeliat. Aku kagetsekali. Refleks kugoyang-goyangkan badannya.
"Tin.. Tin.. banguunn.. udah nyuci beluumm?" kataku supaya dia tidak curiga.
Dia bangun sambil mengerjap-ngerjapkan matanya. Dia kaget ada aku di sebelahnya.
"Terima kasih Mas, udah mbangunin aku. Aku belum nyuci," balasnya.
"Udah cepetan bangun. Nanti telat.." kataku.
Diaduduk sebentar lalu bangun dan mengambil cuciannya. Direndam, lalu diamencuci beras. Aku menemaninya sambil memotong-motong pisang, singkongdan ubi. Setelah itu dia masak dan keluar lagi untuk mencuci baju. Akumembuat adonan. Aku agak heran dia kok jadi pendiam gitu ya. Setelahaku selesai, aku langsung mandi dan siap-siap berangkat.
Dalam perjalanan ke sekolah dia cerita.
"Mas, waktu aku tidur tadi aku mimpi aneh lho Maass.."
"Mimpi apa?" tanyaku.
"Aku mimpi aku sedang seperti Mbak Nunung."
Aku kaget sekali. Apa karena kuraba-raba ya.
"Kamu begituan sama siapa?" tanyaku.
"Sama Mas Pri," sahutnya.
"Aaahh.. kamu siang-siang kok mimpi. Itu namanya mimpi di siang bolong," kataku.
"Udah jangan dipikirin banget entar di sekolah kamu banyak bengongnya lho," sambungku lagi.
Malamitu aku belajar seperti biasa. Dengan celana dalam dan sarung. SekarangTitin datang dengan persoalan Fisika-nya. Masalah gelombangelektromagnetik. Seperti biasa kujelaskan panjang lebar. Akhirnya diamengerti. Saat dia sedang mengerjakan tugas, kuperhatikan seluruhtubuhnya. Dia duduk di sebelahku. Kok dia tidak memakai kaos dalamlagi? Apa masih basah?Sambil dia mengerjakan tugas, kutanya dia, "Tin,kaos dalemmu masih basah ya.. kok nggak dipake?" tanyaku.
"Lho Mas Pri kok merhatiin Titin siihh.."
Aku diam saja. Bingung mau ngomong apa. Hening karena masing-masing mengerjakan tugasnya.
Setelah selesai semua, Titin membuka pembicaraan.
"Maass..Titin sengaja nggak pake kaos karena Titin pengen Mas Pri pegang susuTitin seperti kemarin. Abis enak lhoo.. Mas.. Mas mau khaann.." kataTitin.
"Mas kan sayang aku," sambungnya.
Penisku mengeras dengan perlahan-lahan mendengar permintaan Titin.
"Eee.. mm gimana yaa.." jawabku bingung dan senang.
"Oke deh Mas mau. Tapi Mas mau tutup dulu pintunya. Takut ada yang liat.."
Setelah menutup pintu, aku berkata, "Sekarang Titin duduknya mepet Mas.."
Diamenggeser duduknya, kurengkuh pundaknya, dia menatapku. Kukatakan, "Massayang sama Titin.." Lalu dengan penuh perasaan kucium pipi, kening,mata, hidung akhirnya bibirnya. Dia hanya merem saja. Seperti biasakami hanya berciuman bibir. Tangan kananku memeluknya, tangan kiriku kedadanya. Kuremas perlahan-lahan kiri dan kanan bergantian. "Aaacchh..Enak banget Mass.. aacchh.." desahnya. Saat dia mendesah, tanpa sengajalidahnya bertemu dengan lidahku. Aku memainkan lidahnya dengan lidahku.Dan dia sepertinya mengerti dan membalas. Lidah kami saling membelit.Senjataku sekarang sudah keras sekali. Agak sakit karena posisinyamiring. Aku biarkan. Terbayang semua adegan Mbak Nunung. Kuturunkanciumanku ke lehernya. Dia makin mendesah-desah. "Aduuhh.. Maass..oohh.. oohh.."
Aku ingin memegang susunya langsung tapi Titinmarah nggak ya? Kucoba telesupkan tangan kiriku melalui celah ketiakdasternya. Oh halusnya daging kenyal itu. Besarnya kira-kira sebesarbola tennis. Ternyata Titin tidak marah. Malah dadanya makindibusungkan ke depan. Kurasakan putingnya makin menonjol. Aku sentuh.Dia tersentak dan mendesah, "Ya.. ya.. Mas.. yang sebelah situ enakMass. Terusin Mass.. aacchh.." Kupuntir putingnya, dia makinmenggelinjang.
Akhirnya aku tak tahan lagi. Aku bilang ke Titin,"Tin, Mas mau cium susumu boleh khaann?" Titin diam saja sambilmemandangiku tapi jawabannya adalah dia melepaskan dasternya. Aku kagetatas reaksi Titin. Di hadapanku sekarang Titin sudah telanjang dada.Dadanya bagus sekali bentuknya. Susunya bulat. Kira-kira sebesar bolatennis. Putingnya merah muda agak ke atas dengan putingnya yangmenonjol keluar. Aku terpana.
"Mass.. ayo dong jangan diliatinaja. Katanya mau nyusu.." Aku tersadar dan langsung mencium susunya.Kulumat putingnya bergantian. Kurebahkan dia di bangku. Nafasnyasemakin memburu. Susunya semakin keras. "Ochh.. Mass. oohh.. aahh..aduuhh.. aahh Mass nakaall.."Tanganku yang tadinya memeluknya, secararefleks mulai mengusap-usap pahanya. Dari dengkul sampai selangkangan.Berkali-kali kulakukan hal itu. Setiap sampai di selangkangannya,pahanya membuka. Kusentuh vaginanya dari luar CD-nya. Dia makinmenggelinjang dan makin keras pula desahannya. Kok basah? Ahpaling-paling keringat. Memang saat itu badannya sudah basah dengankeringat. "Mass.. oohh.. hhaahh.. oohh ahh.."
Takut ibukubangun, kucium mulutnya. Kami saling melumat lagi. Lumatannya sudahseperti orang yang kesetanan. Tangan kiriku di dadanya, dan tangankananku di atas vaginanya. Tanganku mulai menyelusup ke dalam CD-nya.Terasa olehku bulu-bulu halus. Makin ke bawah kutemukan garis belahan.Kumasukkan jari tengahku ke belahan vaginanya. Basah dan licin."Ooohh.. ternyata basahnya dari sini," pikirku. Kumainkan jaritengahku. Kutekan dan kugosok dengan pelan, makin lama makin cepat.Pantatnya bergerak-gerak seirama dengan gosokanku. Tak lama, tiba-tibadia menjerit dan tersentak, "Maass.. aku pipiiss.. aahh.." Tangankubasah dengan cairan lengket licin. Dia langsung terlentang lemas dengannafas yang tersengal-sengal seperti orang yang habis dikejar anjing.
WajahTitin merah, berkeringat dan terlihat amat cantik dengan senyumnya yangmengembang.Saat itu aku tidak tahu apa itu orgasme, G-spot, atauistilah seks lainnya.
"Maass.. Titin lemeess.." katanya.
"Mas.. tangannya ada pipis Titin tuuhh.." sambungnya lagi.
Kutarik tanganku dari celana dalamnya. Aku bingung. Kok pipisnya lengket begini? kucium. Kok nggak pesing yaa?
Akuteringat lelaki yang bersama Mbak Nunung. Dia saja mau jilatin punyanyaMbak Nunung. Kucoba jilat cairan yang ada di tanganku. Rasanya asinsemu manis gurih dan agak sepet. Ini apa ya..? Kucoba jilat lagi. Enakkok.
"Mas Pri jorookk.. pipis Titin kok dijilat.."
"Tin, pipismu kok lengket begini?" tanyaku pada Titin sambil kudekatkan tangan kananku ke wajahnya.
Dia perhatikan dengan seksama tanganku.
"Biasanya nggak begini Mass.. biasanya seperti air. Tapi yang ini kok lengket ya..?" gumannya dengan bingung.
"Dan waktu Titin pipis tadi, Titin rasanya seperti melayang-layang lho Mas. Enaakk banget. Sekarang Titin lemes," sambungnya.
Tiba-tiba dia bangkit seperti teringat sesuatu. Padahal tadi dia mengaku masih lemes.
"SingkongnyaMas Pri keras nggak?" tanyanya sambil tangannya masuk ke dalamsarungku. Aku kaget karena tiba-tiba Titin memegangnya, kutepiskantangannya. Tapi sepertinya dia tidak rela.
"Tadi Mas Pri megang-megang tempekku, aku diemin. Sekarang kok aku pegang singkong Mas Pri Masa nggak boleh?" rajuknya.
Akubingung. Akhirnya kudiamkan, dia pegang penisku. Aku didorongnya supayatiduran terlentang.Dia mengangkat sarungku, dia pegang dari luar CD-ku.
"Besar sekali Maass.." katanya.
"Kok celana dalemnya basah? Mas Pri pipis ya?" sambungnya.
Mungkindia membandingkan dengan saat kita mandi bersama dulu. Dulu memangpenisku tidak tegang karena sudah terbiasa bersama. Dielus-eluspenisku. Waahh.. rasanya penisku jadi tegang lagi setelah agak melunak.
"Waahh.. Mass makin besar tuuhh.. sakit nggak?" katanya sambil terus mengelus.
"Aaahh.." aku mengerang keenakan dielus seperti itu.
Karena semakin tegang, kepala penisku akhirnya nongol di atas karet celana dalamku. Kepala penisku diusapnya.
"Aaahh.." aku seperti kena setrum listrik.
"Air apa ini Mas, kok bening, agak licin?" tanyanya.
"Akuu nggak ttaauu.. oohh.." sahutku keenakan.
Ditariknya celana dalamku sehingga penisku pun berdiri tegak.
"Maass lucu seperti tiang listrik," katanya.
Lalu penisku digenggamnya, diremasnya.
"Aaahh.." aku mendesah-desah keenakan. Didekatkan wajahnya ke penisku, diperhatikan denganseksama.
"Maass..yang coklat-coklat ini isinya apa?" katanya sambil telunjuk tangankirinya menusuk-nusuk bijiku. Tangan kanannya tetap menggenggampenisku. Lalu digenggamnya bijiku dan diremas-remas.
"Lho.. lho.. kok isinya lari-lari.. lucuu.. Maass.." katanya lagi.
Aku sudah kehabisan kata-kata untuk menimpalinya karena keenakan.
Mungkinwaktu dia mengintip, dia melihat Mbak Nunung mengocok-ngocok penis, diabertanya, "Mas, kalau aku giniin sakit nggaakk?" katanya sambiltangannya mengurut penisku naik turun.
"Aaahh.. Tiinn eennuuaak baangeett Tiinn.." kataku sambil mendesah.
"Ya.. ya.. gitu Tiinn.. ennaakk Tiinn.."
"Dicepetin doonngg Tiinn.."
Aku merasakan penisku seperti diurut-urut. Sakit sedikit, geli, enak rasanya jadi satu.
Tiba-tibaaku merasakan ada yang mau keluar dari dalam, lalu aku teriak,"Cepeettiinn.. Tiinn.. aku.. akuu.." Dan belum selesai aku ngomong,"Croot.. croott.. croott.." tiga kali spermaku muncrat ke wajahnya. Diakaget, langsung mengelap wajahnya dengan sarungku.
"Mas.. Mas.. kenapa Mas.. sakit ya.." tanyanya sambil menatap wajahku.
"Nggak Tiinn.. Enaakk banget Tiinn.." kataku sambil terengah-engah.
Lalu dia melihat ke penisku.
"Lho, Mas kok jadi kecil siich.." tanyanya heran.
"Nggak tau kenapa," sahutku.
Kemudian kurangkul dia dan kupeluk sambil kucium pipinya. Kami tiduran sambil berangkulan.
"Terima kasih Tiinn. Tadi itu enaakk sekali. Mas Pri sekarang lemas."
"Sekarang Titin pulang gih.. udah malam. Besok kesiangan.."
Lalu kucium pipinya, keningnya dan bibirnya. Dia bangkit dan memakai dasternya. Lalu mencium pipiku dan pamit pulang.
"Da..da Maass.. Titin pulang dulu yaa. Terima kasih Maass.."
Aku bangun memakai celana dalamku yang tadi dipelorotkan Titin, dan tidur karena kelelahan.
Seperti biasa, setelah aku pulang dari pasar, kucari Titin.
"Kemana lagi ini anak.. pasti ketiduran lagi," pikirku.
Aku masuk ke dalam rumahnya. Benar, dia lagi tidur memakai selimut.
"Ngapain ini orang siang-siang tidurnya kok selimutan? Apa sakit?" batinku. "Jendelanya juga ditutup?"
Kupegangkeningnya, "Nggak panas kok.. kuperhatikan tubuhnya. Kok putingnyakelihatan menonjol? Dia selimutan memakai kain jarik tipis. Jadi akutahu kalau putingnya menonjol. Aku sibakkan selimutnya pelan-pelan."Lho.. kok nggak pake baju..?" batinku. Kutarik selimutnya semua.Melihat tubuh indah terpampang di hadapanku, penisku mulai berkedut."Kok tangan kanannya ada di dalem celana dalemnya? Abis ngapain dia?"batinku. Melihat dadanya, penisku mulai tegang, kudekatkan wajahku,kucium pipinya, hidungnya, matanya. Eh.. dia menggeliat bangun. Mungkinkena angin. Jadi terasa dingin.
Dia kaget melihatku. Langsung menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya.
"Eh.. Mas Pri. Lagi ngapain," katanya.
"Tadikamu aku panggil-panggil tapi nggak jawab, lalu aku masuk. Aku kagetliat kamu tidur kok telanjang, selimutnya berantakan. Mas mau betulinselimut kamu," kataku membela diri.
"Jadi Mas udah ngeliatin aku tidur dari tadi?"
"Lhaa.. abis kamu tidur kok nggak pake baju. Salah kamu doong."
"Lho.. Mas aja yang masuk ke rumah orang nggak permisi.."
"Yaa.. udah Maass pulang. Bangun sana nyuci sama masak." kataku sambil meninggalkannya.
"Yee.. gitu aja Mas marah. Sini dulu dong Maass.." katanya manja sambil menarik tanganku agar duduk di dipannya.
"Maass aku kepingin seperti semalem doongg." katanya sambil menatapku.
"Nggak ah.. masak siang-siang gini. Entar malem aja ya."
"Nggak.. maunya sekarang.." rengeknya.
Tau-taudia merangkulku dan mencium bibirku. Aku tidak bisa menolaknya,kubales, kumainkanlidahku di mulutnya. Dia membalas. Nafasnya mulaitersengal-sengal. Selimutnya kusingkirkan, kuremas-remas susunya.Ciumanku mulai turun ke lehernya, turun lagi ke pundaknya, lalu mulutkumelumat puting kanannya. Kepalanya menengadah sambil mendesis-desis.Persis seperti suara Mbak Nunung. "Oohh.. Mas Pri.. enak Maass.."
Lalukurebahkan dia ke dipan. Tangannya mulai masuk ke dalam celanaku.Memegang penisku di dalam celana. Mungkin karena kurang leluasa, Titinmulai menurunkan celana pendekku dengan CD-nya sekalian. Aku bantudengan mengangkat pantatku. Tanganku pun mulai menurunkan celanadalamnya. Akhirnya dia bugil di depanku.
"Mas curaang.. kok kaosnya nggak dilepas.."
"Lho.. usaha doong."
Laludia melepas kaosku. Kami lalu berguling-guling di dipan sempittersebut, kutindih badannya. Mulut kami saling mengunci tidak bisaberkata apa-apa. Tangannya memegang penisku. Agak sakit. Kuraba seluruhbadannya termasuk paha, punggung, perut. Setiap kuraba vaginanya,pahanya selalu direnggangkan.
Aku lalu teringat Mbak Nunung.Dulu si lelaki kok menjilati kelamin Mbak Nunung. "Kucoba ke Titinaahh.." batinku. Lalu ciuman kuturunkan ke lehernya, kedua susunya.Jari tengah tangan kananku masuk ke belahan vaginanya. Sudah basah."Aaahh.. oohh.. sshh.. sshh.." dia mendesah agak keras, kudiamkankarena aku yakin saat sekarang di sekeliling kontrakanku pastisepi.Lalu ciumanku turun ke perutnya. Kujilat-jilat pusarnya. Dia makinmenggelinjang. Ciumanku terus turun sampai akhirnya wajahku tepat didepan vaginanya. Aku tak peduli gimana rasanya, kucium vaginanya.Baunya segar sekali.
Titin kaget sekali saat kuciumkewanitaannya. Dia bangun dan melihat saja. "Mas Pri.. Jorookk..temppeek Tittiin kok dicium.." desahnya tapi tidak tampak adanyapenolakan. Saat kumasukkan lidahku, Titin mendesah, "Aaahh.. Maass..tempek Titiinn diapainn.. aahh Mass.. jangan.. adduuhh.." Aku terussaja menjilat benjolan kecil di dalam kemaluan Titin. Sementara Titinmenggelinjang tidak karuan.
Kira-kira lima menit, tiba-tibaTitin menekan kepalaku dan mengangkat pantatnya sehingga aku agak sulitbernafas. "Maass.. Titin mau piippiiss.." Menyemburlah cairan hangatseperti tadi malam. Karena aku sudah tahu rasanya, kujilat semuanyasampai habis. Uh, enak sekali rasanya.Manis, asin, gurih jadi satu. Akunaik ke atas dan memeluknya sambil tiduran.
"Mas.. Titin capek.." sambil wajahnya ditaruh di dadaku.
"Mas kok nggak jijik sih jilatin tempek Titin?" tanyanya.
"Mas kan sayang Titin. Jadi Mas nggak akan jijik." sahutku sekenanya.
"Terus, pipis Titin juga dijilat? emang enak?"
"Enak kok.. kayak tajin."
"Lho.. tadi kan Mas udah bilang kalau Mas juga sayang sama Titin," sahutku.
"Mass..tadi waktu Mas pegang susuku, rasanya enaak sekali.. habis sewaktucerita-cerita tadi susu sama tempek Titin jadi gatel lagi," sahutnya.
"Singkong Mas sekarang keras nggak?" sambungnya.
Tiba-tibatangannya memegang penisku dari luar. Memang saat itu aku hanya memakaicelana dalam sama sarung saja. Aku kaget setengah mati. Langsungkutepis tangannya.
"Huuss jangan.. nggak sopan.." kataku.
"Udah sekarang kamu tidur giihh udah malem. Besok kamu khan harus ke pasar. Nanti telat.." kataku lagi.
Akhirnya Titin pulang. Tapi sebelum pulang Titin mencium pipi kananku.
"Titin sayang Mas," katanya singkat.
SepulangnyaTitin, segala macam perasaan berkecamuk di dadaku. Ada perasaan apaantara aku dan Titin? Apa ini yang dinamakan cinta? Kalau cinta,berarti kita akan pacaran seperti cerita teman-temanku di sekolah?Tanpa kusadari akhirnya aku tertidur dan dibangunkan ibuku keesokanharinya.
Keesokan harinya, sepulang dari pasar, aku bingungkemana si Titin ya? Biasanya setiap aku pulang dari pasar, dia sedangmencuci baju di sumur. Aku masuk ke rumahnya dari pintu belakang,melewati dapur terus ke kamarnya. Ternyata dia sedang tidur, masihmemakai daster yang semalam. Mungkin masih ngantuk karena tidurnyaterlambat tadi malam pikirku. Ketika aku akan meninggalkan kamarnya,dia menggeliat. Kaki kanannya menekuk ke samping sedang kaki kirinyalurus. Maka terpampanglah kemaluannya yang masih terbungkus celanadalam nilon tipis warna cream.
Aku deg-degan melihat hal itu,kudekati dia. Wajahnya tampak damai sekali. Dadanya yang sedikitmembusung itu turun naik dengan teratur. Sepertinya dia pulas sekali.Makin ke bawah kulihat pahanya yang putih mulus, makin deg-degan aku.Kuperhatikan dengan seksama vaginanya yang sedikit menggembung diselangkangannya. Ada garis samar-samar melintang dari atas ke bawah.Bulu-bulu halus tipis membayang. Kuelus perlahan-lahan. Terasa ada alurmelintang. Kugesek-gesek perlahan takut dia bangun. Aku dekatkanwajahku ke sana. Ada aroma yang khas sekali, kucium perlahan. Baunyatak bisa aku definisikan tapi yang pasti segar sekali.
Kutempelkanhidungku, kutarik nafas dalam-dalam. "Aaahh.. segar sekali.."Berkali-kali kulakukan itu sampai kudengar dia mendesah. "Aaahh.."Kukaget langsung mundur. Tapi dianya kok nggak bangun ya.. Aku jadisedikit mengerti mengapa lelaki yang tidur sama Mbak Nunung sukamenjilati kelaminnya Mbak Nunung. Menjilat? Apa nggak jijik ya. Takterasa penisku mengeras. Aku betulkan posisi penisku karena miringkanan.
Setelah beberapa saat, aku beralih ke dadanya.Kuperhatikan ada tonjolan samar di puncak bukitnya. Kupegang susunyaperlahan-lahan, kubelai-belai, kucium dari luar dasternya. "Aaahh.."baunya pun segar. Kuulangi bergantian kiri dan kanan. Lama-lama koktonjolannya semakin keras? Kenapa? Tiba-tiba dia menggeliat. Aku kagetsekali. Refleks kugoyang-goyangkan badannya.
"Tin.. Tin.. banguunn.. udah nyuci beluumm?" kataku supaya dia tidak curiga.
Dia bangun sambil mengerjap-ngerjapkan matanya. Dia kaget ada aku di sebelahnya.
"Terima kasih Mas, udah mbangunin aku. Aku belum nyuci," balasnya.
"Udah cepetan bangun. Nanti telat.." kataku.
Diaduduk sebentar lalu bangun dan mengambil cuciannya. Direndam, lalu diamencuci beras. Aku menemaninya sambil memotong-motong pisang, singkongdan ubi. Setelah itu dia masak dan keluar lagi untuk mencuci baju. Akumembuat adonan. Aku agak heran dia kok jadi pendiam gitu ya. Setelahaku selesai, aku langsung mandi dan siap-siap berangkat.
Dalam perjalanan ke sekolah dia cerita.
"Mas, waktu aku tidur tadi aku mimpi aneh lho Maass.."
"Mimpi apa?" tanyaku.
"Aku mimpi aku sedang seperti Mbak Nunung."
Aku kaget sekali. Apa karena kuraba-raba ya.
"Kamu begituan sama siapa?" tanyaku.
"Sama Mas Pri," sahutnya.
"Aaahh.. kamu siang-siang kok mimpi. Itu namanya mimpi di siang bolong," kataku.
"Udah jangan dipikirin banget entar di sekolah kamu banyak bengongnya lho," sambungku lagi.
Malamitu aku belajar seperti biasa. Dengan celana dalam dan sarung. SekarangTitin datang dengan persoalan Fisika-nya. Masalah gelombangelektromagnetik. Seperti biasa kujelaskan panjang lebar. Akhirnya diamengerti. Saat dia sedang mengerjakan tugas, kuperhatikan seluruhtubuhnya. Dia duduk di sebelahku. Kok dia tidak memakai kaos dalamlagi? Apa masih basah?Sambil dia mengerjakan tugas, kutanya dia, "Tin,kaos dalemmu masih basah ya.. kok nggak dipake?" tanyaku.
"Lho Mas Pri kok merhatiin Titin siihh.."
Aku diam saja. Bingung mau ngomong apa. Hening karena masing-masing mengerjakan tugasnya.
Setelah selesai semua, Titin membuka pembicaraan.
"Maass..Titin sengaja nggak pake kaos karena Titin pengen Mas Pri pegang susuTitin seperti kemarin. Abis enak lhoo.. Mas.. Mas mau khaann.." kataTitin.
"Mas kan sayang aku," sambungnya.
Penisku mengeras dengan perlahan-lahan mendengar permintaan Titin.
"Eee.. mm gimana yaa.." jawabku bingung dan senang.
"Oke deh Mas mau. Tapi Mas mau tutup dulu pintunya. Takut ada yang liat.."
Setelah menutup pintu, aku berkata, "Sekarang Titin duduknya mepet Mas.."
Diamenggeser duduknya, kurengkuh pundaknya, dia menatapku. Kukatakan, "Massayang sama Titin.." Lalu dengan penuh perasaan kucium pipi, kening,mata, hidung akhirnya bibirnya. Dia hanya merem saja. Seperti biasakami hanya berciuman bibir. Tangan kananku memeluknya, tangan kiriku kedadanya. Kuremas perlahan-lahan kiri dan kanan bergantian. "Aaacchh..Enak banget Mass.. aacchh.." desahnya. Saat dia mendesah, tanpa sengajalidahnya bertemu dengan lidahku. Aku memainkan lidahnya dengan lidahku.Dan dia sepertinya mengerti dan membalas. Lidah kami saling membelit.Senjataku sekarang sudah keras sekali. Agak sakit karena posisinyamiring. Aku biarkan. Terbayang semua adegan Mbak Nunung. Kuturunkanciumanku ke lehernya. Dia makin mendesah-desah. "Aduuhh.. Maass..oohh.. oohh.."
Aku ingin memegang susunya langsung tapi Titinmarah nggak ya? Kucoba telesupkan tangan kiriku melalui celah ketiakdasternya. Oh halusnya daging kenyal itu. Besarnya kira-kira sebesarbola tennis. Ternyata Titin tidak marah. Malah dadanya makindibusungkan ke depan. Kurasakan putingnya makin menonjol. Aku sentuh.Dia tersentak dan mendesah, "Ya.. ya.. Mas.. yang sebelah situ enakMass. Terusin Mass.. aacchh.." Kupuntir putingnya, dia makinmenggelinjang.
Akhirnya aku tak tahan lagi. Aku bilang ke Titin,"Tin, Mas mau cium susumu boleh khaann?" Titin diam saja sambilmemandangiku tapi jawabannya adalah dia melepaskan dasternya. Aku kagetatas reaksi Titin. Di hadapanku sekarang Titin sudah telanjang dada.Dadanya bagus sekali bentuknya. Susunya bulat. Kira-kira sebesar bolatennis. Putingnya merah muda agak ke atas dengan putingnya yangmenonjol keluar. Aku terpana.
"Mass.. ayo dong jangan diliatinaja. Katanya mau nyusu.." Aku tersadar dan langsung mencium susunya.Kulumat putingnya bergantian. Kurebahkan dia di bangku. Nafasnyasemakin memburu. Susunya semakin keras. "Ochh.. Mass. oohh.. aahh..aduuhh.. aahh Mass nakaall.."Tanganku yang tadinya memeluknya, secararefleks mulai mengusap-usap pahanya. Dari dengkul sampai selangkangan.Berkali-kali kulakukan hal itu. Setiap sampai di selangkangannya,pahanya membuka. Kusentuh vaginanya dari luar CD-nya. Dia makinmenggelinjang dan makin keras pula desahannya. Kok basah? Ahpaling-paling keringat. Memang saat itu badannya sudah basah dengankeringat. "Mass.. oohh.. hhaahh.. oohh ahh.."
Takut ibukubangun, kucium mulutnya. Kami saling melumat lagi. Lumatannya sudahseperti orang yang kesetanan. Tangan kiriku di dadanya, dan tangankananku di atas vaginanya. Tanganku mulai menyelusup ke dalam CD-nya.Terasa olehku bulu-bulu halus. Makin ke bawah kutemukan garis belahan.Kumasukkan jari tengahku ke belahan vaginanya. Basah dan licin."Ooohh.. ternyata basahnya dari sini," pikirku. Kumainkan jaritengahku. Kutekan dan kugosok dengan pelan, makin lama makin cepat.Pantatnya bergerak-gerak seirama dengan gosokanku. Tak lama, tiba-tibadia menjerit dan tersentak, "Maass.. aku pipiiss.. aahh.." Tangankubasah dengan cairan lengket licin. Dia langsung terlentang lemas dengannafas yang tersengal-sengal seperti orang yang habis dikejar anjing.
WajahTitin merah, berkeringat dan terlihat amat cantik dengan senyumnya yangmengembang.Saat itu aku tidak tahu apa itu orgasme, G-spot, atauistilah seks lainnya.
"Maass.. Titin lemeess.." katanya.
"Mas.. tangannya ada pipis Titin tuuhh.." sambungnya lagi.
Kutarik tanganku dari celana dalamnya. Aku bingung. Kok pipisnya lengket begini? kucium. Kok nggak pesing yaa?
Akuteringat lelaki yang bersama Mbak Nunung. Dia saja mau jilatin punyanyaMbak Nunung. Kucoba jilat cairan yang ada di tanganku. Rasanya asinsemu manis gurih dan agak sepet. Ini apa ya..? Kucoba jilat lagi. Enakkok.
"Mas Pri jorookk.. pipis Titin kok dijilat.."
"Tin, pipismu kok lengket begini?" tanyaku pada Titin sambil kudekatkan tangan kananku ke wajahnya.
Dia perhatikan dengan seksama tanganku.
"Biasanya nggak begini Mass.. biasanya seperti air. Tapi yang ini kok lengket ya..?" gumannya dengan bingung.
"Dan waktu Titin pipis tadi, Titin rasanya seperti melayang-layang lho Mas. Enaakk banget. Sekarang Titin lemes," sambungnya.
Tiba-tiba dia bangkit seperti teringat sesuatu. Padahal tadi dia mengaku masih lemes.
"SingkongnyaMas Pri keras nggak?" tanyanya sambil tangannya masuk ke dalamsarungku. Aku kaget karena tiba-tiba Titin memegangnya, kutepiskantangannya. Tapi sepertinya dia tidak rela.
"Tadi Mas Pri megang-megang tempekku, aku diemin. Sekarang kok aku pegang singkong Mas Pri Masa nggak boleh?" rajuknya.
Akubingung. Akhirnya kudiamkan, dia pegang penisku. Aku didorongnya supayatiduran terlentang.Dia mengangkat sarungku, dia pegang dari luar CD-ku.
"Besar sekali Maass.." katanya.
"Kok celana dalemnya basah? Mas Pri pipis ya?" sambungnya.
Mungkindia membandingkan dengan saat kita mandi bersama dulu. Dulu memangpenisku tidak tegang karena sudah terbiasa bersama. Dielus-eluspenisku. Waahh.. rasanya penisku jadi tegang lagi setelah agak melunak.
"Waahh.. Mass makin besar tuuhh.. sakit nggak?" katanya sambil terus mengelus.
"Aaahh.." aku mengerang keenakan dielus seperti itu.
Karena semakin tegang, kepala penisku akhirnya nongol di atas karet celana dalamku. Kepala penisku diusapnya.
"Aaahh.." aku seperti kena setrum listrik.
"Air apa ini Mas, kok bening, agak licin?" tanyanya.
"Akuu nggak ttaauu.. oohh.." sahutku keenakan.
Ditariknya celana dalamku sehingga penisku pun berdiri tegak.
"Maass lucu seperti tiang listrik," katanya.
Lalu penisku digenggamnya, diremasnya.
"Aaahh.." aku mendesah-desah keenakan. Didekatkan wajahnya ke penisku, diperhatikan denganseksama.
"Maass..yang coklat-coklat ini isinya apa?" katanya sambil telunjuk tangankirinya menusuk-nusuk bijiku. Tangan kanannya tetap menggenggampenisku. Lalu digenggamnya bijiku dan diremas-remas.
"Lho.. lho.. kok isinya lari-lari.. lucuu.. Maass.." katanya lagi.
Aku sudah kehabisan kata-kata untuk menimpalinya karena keenakan.
Mungkinwaktu dia mengintip, dia melihat Mbak Nunung mengocok-ngocok penis, diabertanya, "Mas, kalau aku giniin sakit nggaakk?" katanya sambiltangannya mengurut penisku naik turun.
"Aaahh.. Tiinn eennuuaak baangeett Tiinn.." kataku sambil mendesah.
"Ya.. ya.. gitu Tiinn.. ennaakk Tiinn.."
"Dicepetin doonngg Tiinn.."
Aku merasakan penisku seperti diurut-urut. Sakit sedikit, geli, enak rasanya jadi satu.
Tiba-tibaaku merasakan ada yang mau keluar dari dalam, lalu aku teriak,"Cepeettiinn.. Tiinn.. aku.. akuu.." Dan belum selesai aku ngomong,"Croot.. croott.. croott.." tiga kali spermaku muncrat ke wajahnya. Diakaget, langsung mengelap wajahnya dengan sarungku.
"Mas.. Mas.. kenapa Mas.. sakit ya.." tanyanya sambil menatap wajahku.
"Nggak Tiinn.. Enaakk banget Tiinn.." kataku sambil terengah-engah.
Lalu dia melihat ke penisku.
"Lho, Mas kok jadi kecil siich.." tanyanya heran.
"Nggak tau kenapa," sahutku.
Kemudian kurangkul dia dan kupeluk sambil kucium pipinya. Kami tiduran sambil berangkulan.
"Terima kasih Tiinn. Tadi itu enaakk sekali. Mas Pri sekarang lemas."
"Sekarang Titin pulang gih.. udah malam. Besok kesiangan.."
Lalu kucium pipinya, keningnya dan bibirnya. Dia bangkit dan memakai dasternya. Lalu mencium pipiku dan pamit pulang.
"Da..da Maass.. Titin pulang dulu yaa. Terima kasih Maass.."
Aku bangun memakai celana dalamku yang tadi dipelorotkan Titin, dan tidur karena kelelahan.
Seperti biasa, setelah aku pulang dari pasar, kucari Titin.
"Kemana lagi ini anak.. pasti ketiduran lagi," pikirku.
Aku masuk ke dalam rumahnya. Benar, dia lagi tidur memakai selimut.
"Ngapain ini orang siang-siang tidurnya kok selimutan? Apa sakit?" batinku. "Jendelanya juga ditutup?"
Kupegangkeningnya, "Nggak panas kok.. kuperhatikan tubuhnya. Kok putingnyakelihatan menonjol? Dia selimutan memakai kain jarik tipis. Jadi akutahu kalau putingnya menonjol. Aku sibakkan selimutnya pelan-pelan."Lho.. kok nggak pake baju..?" batinku. Kutarik selimutnya semua.Melihat tubuh indah terpampang di hadapanku, penisku mulai berkedut."Kok tangan kanannya ada di dalem celana dalemnya? Abis ngapain dia?"batinku. Melihat dadanya, penisku mulai tegang, kudekatkan wajahku,kucium pipinya, hidungnya, matanya. Eh.. dia menggeliat bangun. Mungkinkena angin. Jadi terasa dingin.
Dia kaget melihatku. Langsung menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya.
"Eh.. Mas Pri. Lagi ngapain," katanya.
"Tadikamu aku panggil-panggil tapi nggak jawab, lalu aku masuk. Aku kagetliat kamu tidur kok telanjang, selimutnya berantakan. Mas mau betulinselimut kamu," kataku membela diri.
"Jadi Mas udah ngeliatin aku tidur dari tadi?"
"Lhaa.. abis kamu tidur kok nggak pake baju. Salah kamu doong."
"Lho.. Mas aja yang masuk ke rumah orang nggak permisi.."
"Yaa.. udah Maass pulang. Bangun sana nyuci sama masak." kataku sambil meninggalkannya.
"Yee.. gitu aja Mas marah. Sini dulu dong Maass.." katanya manja sambil menarik tanganku agar duduk di dipannya.
"Maass aku kepingin seperti semalem doongg." katanya sambil menatapku.
"Nggak ah.. masak siang-siang gini. Entar malem aja ya."
"Nggak.. maunya sekarang.." rengeknya.
Tau-taudia merangkulku dan mencium bibirku. Aku tidak bisa menolaknya,kubales, kumainkanlidahku di mulutnya. Dia membalas. Nafasnya mulaitersengal-sengal. Selimutnya kusingkirkan, kuremas-remas susunya.Ciumanku mulai turun ke lehernya, turun lagi ke pundaknya, lalu mulutkumelumat puting kanannya. Kepalanya menengadah sambil mendesis-desis.Persis seperti suara Mbak Nunung. "Oohh.. Mas Pri.. enak Maass.."
Lalukurebahkan dia ke dipan. Tangannya mulai masuk ke dalam celanaku.Memegang penisku di dalam celana. Mungkin karena kurang leluasa, Titinmulai menurunkan celana pendekku dengan CD-nya sekalian. Aku bantudengan mengangkat pantatku. Tanganku pun mulai menurunkan celanadalamnya. Akhirnya dia bugil di depanku.
"Mas curaang.. kok kaosnya nggak dilepas.."
"Lho.. usaha doong."
Laludia melepas kaosku. Kami lalu berguling-guling di dipan sempittersebut, kutindih badannya. Mulut kami saling mengunci tidak bisaberkata apa-apa. Tangannya memegang penisku. Agak sakit. Kuraba seluruhbadannya termasuk paha, punggung, perut. Setiap kuraba vaginanya,pahanya selalu direnggangkan.
Aku lalu teringat Mbak Nunung.Dulu si lelaki kok menjilati kelamin Mbak Nunung. "Kucoba ke Titinaahh.." batinku. Lalu ciuman kuturunkan ke lehernya, kedua susunya.Jari tengah tangan kananku masuk ke belahan vaginanya. Sudah basah."Aaahh.. oohh.. sshh.. sshh.." dia mendesah agak keras, kudiamkankarena aku yakin saat sekarang di sekeliling kontrakanku pastisepi.Lalu ciumanku turun ke perutnya. Kujilat-jilat pusarnya. Dia makinmenggelinjang. Ciumanku terus turun sampai akhirnya wajahku tepat didepan vaginanya. Aku tak peduli gimana rasanya, kucium vaginanya.Baunya segar sekali.
Titin kaget sekali saat kuciumkewanitaannya. Dia bangun dan melihat saja. "Mas Pri.. Jorookk..temppeek Tittiin kok dicium.." desahnya tapi tidak tampak adanyapenolakan. Saat kumasukkan lidahku, Titin mendesah, "Aaahh.. Maass..tempek Titiinn diapainn.. aahh Mass.. jangan.. adduuhh.." Aku terussaja menjilat benjolan kecil di dalam kemaluan Titin. Sementara Titinmenggelinjang tidak karuan.
Kira-kira lima menit, tiba-tibaTitin menekan kepalaku dan mengangkat pantatnya sehingga aku agak sulitbernafas. "Maass.. Titin mau piippiiss.." Menyemburlah cairan hangatseperti tadi malam. Karena aku sudah tahu rasanya, kujilat semuanyasampai habis. Uh, enak sekali rasanya.Manis, asin, gurih jadi satu. Akunaik ke atas dan memeluknya sambil tiduran.
"Mas.. Titin capek.." sambil wajahnya ditaruh di dadaku.
"Mas kok nggak jijik sih jilatin tempek Titin?" tanyanya.
"Mas kan sayang Titin. Jadi Mas nggak akan jijik." sahutku sekenanya.
"Terus, pipis Titin juga dijilat? emang enak?"
"Enak kok.. kayak tajin."
|VJ|NaZtHeW- Corporal Grade IV
- Gender : Jumlah posting : 40
Reputasi : 176
Cendol : 14
Birthday : 17.12.94
Join date : 20.10.10
Age : 29
Lokasi : Yogyakarta
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
October 29th 2013, 2:58 pm by rizki
» FREE cheat hack senjata PB permanent GRATIS
September 28th 2013, 6:07 pm by bintangnet
» Cash Gratis gan, cepet sblum GM bkin MT pb
June 30th 2012, 8:38 pm by syafin
» hah pisang1
March 4th 2011, 12:39 am by Tamu
» hah pisang
March 4th 2011, 12:37 am by Tamu
» nyesel gk msuk sini loeee
March 1st 2011, 11:28 pm by chyruzz
» Bot Hunt Luna Sepanjang masa
February 10th 2011, 2:20 pm by username™
» Ninja Saga Cheats CRITICAL
January 22nd 2011, 5:16 pm by habibie
» Rinocomp 3.1[NEW]
January 7th 2011, 7:37 pm by |Talipocongperjaka|